- Lebih Praktis, Akses Fitur dengan Satu User ID
- Jaga Batam dari Sampah, Berikut Seruan LAM untuk Kembali ke Nilai Melayu dan Islam
- Angela Lillo, Miss Global Indonesia 2025 Ajak Masyarakat Batam Kampanyekan Hidup Sehat
- Kepala BP Batam Paparkan Progres Investasi
- BP Batam Raih Penghargaan Nasional, Capaian Investasi Gemilang
- Medco E&P Natuna Koleb Bareng Pelajar SMP di Anambas Gelar Gerakan Tanam 5.000 Bibit Manggrove
- KSOP Batam Perketat Uji Kelaikan 91 Kapal Penumpang
- Kepala BP Batam Raih Penghargaan Inspiring Professional dan Leadership Award 2025
- Satgas Pangan Polresta Barelang Bolak-balik ke Pasar Distributor
- Kader Gerindra Kepri Kompak Hadiri Taklimat Prabowo di Hambalang
Jaga Batam dari Sampah, Berikut Seruan LAM untuk Kembali ke Nilai Melayu dan Islam

Keterangan Gambar : YM Dato' Wira Setia Utama Raja Haji Muhammad Amin, Ketua Umum LAM Kepri Batam. /Dok. PWI Batam
KORANBATAM.COM - Tumpukan sampah masih menjadi pemandangan buruk bagi warga Batam. Di beberapa Tempat Penampungan Sementara (TPS), gunungan plastik, sisa makanan dan limbah rumah tangga menanti diangkut, sementara sebagian lainnya berserakan di pinggir jalan. Bahkan sudah merambah ke jalan utama, selokan hingga tepi pantai.
Bagi YM Dato' Wira Setia Utama Raja Haji Muhammad Amin, Ketua Umum Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau (Kepri) Kota Batam, persoalan ini bukan lagi perkara teknis, tetapi cermin dari perilaku dan kesadaran budaya masyarakat.
“Kita ingin berkontribusi mensosialisasikan nilai baik yang ada dalam resam Melayu-Islam, meneladani Rasulullah SAW yang cinta kebersihan. Di ujung nyawa pun Beliau masih bersiwak untuk menghadap Rabbul Jalil. Allah suka dengan keindahan,” ucap Dato' Amin kepada wartawan, Selasa (11/11/2025) kemarin.
Menurutnya, penanganan sampah di Batam masih menghadapi beberapa tantangan utama. Mulai dari penumpukan dan pemanfaatan sampah yang belum maksimal, keterbatasan armada pengangkut, rendahnya kesadaran masyarakat hingga kurangnya penegakan hukum bagi pelaku pembuang sampah sembarangan (law enforcement).
Namun, bagi Dato' Amin, akar persoalan yang lebih mendalam justru terletak pada hilangnya rasa malu dan tanggung jawab sosial dalam diri masyarakat. Terkikisnya sense of belonging rasa memiliki di kota yang bergelar Bandar Dunia Madani ini. Ia mengingatkan kembali bahwa, Batam kampung kita, kitalah yang harus menjaganya.
“Dalam adat kita, orang Melayu itu punya malu dan tahu budi. Kalau membuang sampah sembarangan, itu bukan setakat kotor, tapi aib karena menyalahi ajaran dan marwah kita sendiri,” ujarnya.
LAM Kepri Kota Batam, menurut Dato' Amin tidak memiliki kewenangan teknis dalam urusan kebersihan kota. Namun Lembaga Adat memiliki kekuatan moral dan sosial-budaya untuk menumbuhkan kembali nilai gotong-royong dan tanggung jawab lingkungan.
LAM, kata dia, bisa menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat, terutama dalam menerjemahkan program kebersihan kota dengan bahasa yang dekat di hati warga.
“Kita bantu pemerintah menyampaikan pesan Batam Bersih atau Batam Green City melalui cara yang berakar pada budaya Melayu: lewat pantun, nasihat adat, majelis taklim dan gotong-royong kampung,” kata Dato' Amin.
LAM juga berencana mendorong terbentuknya kampung percontohan adat bersih, yakni wilayah yang mengelola kebersihan secara mandiri berdasarkan nilai adat dan agama.
Selain itu, prinsip klasik Adat bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah menjadi dasar moral untuk menegakkan sanksi sosial adat bagi warga yang melanggar nilai kebersihan lingkungan.
“Bisa saja ada bentuk teguran adat bagi yang membuang sampah sembarangan, dan sebaliknya penghargaan bagi yang menjaga kebersihan. Kita hidupkan kembali rasa malu sosial itu,” imbuhnya.
LAM kini tengah menjajaki kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dunia usaha dan lembaga pendidikan, untuk membangun gerakan CSR (Corporate Social Responsibility) Adat Hijau, program sosial lingkungan berbasis kearifan lokal.
Sekolah dan kampus diharapkan menjadi tempat penanaman nilai-nilai kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. LAM ingin Madani dalam segala aspek. Dan semoga, harap Dato’ Amin lagi, Kampung Adat itu bisa terwujud dan menjadi Taman Mini Batam Madani.
“Kalau anak-anak Melayu dari kecil sudah diajarkan pantun tentang bersih, petuah tentang jernih, dan malu pada kotor, maka Insya Allah Batam ini takkan tenggelam oleh sampah,” sebut Dato' Amin.
Bagi Ketua LAM Batam, menjaga kebersihan bukanlah semata kewajiban ekologis, tapi bagian dari ibadah dan identitas Melayu-Islam. Ia menegaskan, Rasulullah SAW telah memberi teladan agung bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman dan keindahan adalah bagian dari iman pula.
“Menjaga Batam tetap bersih bukan hanya urusan kota, tapi urusan marwah. Kita harus mulai dari rumah sendiri, dari halaman, dari diri sendiri. Itulah adat, itulah iman,” simpul dia.







.gif)






















