Jalin Sinergitas Antisipasi Radikalisme dan Terorisme di Batam

Reporter : KORANBATAM.COM 29 Mar 2021, 12:10:14 WIB BATAM
Jalin Sinergitas Antisipasi Radikalisme dan Terorisme di Batam

Keterangan Gambar : Jalin Sinergitas Antisipasi Radikalisme dan Terorisme di Batam.


AKSI bom bunuh diri di depan Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021) pagi, kembali menyentakkan rasa kekhawatiran dalam merajut harmoni kehidupan di Tanah Air. Potensi berkembangnya paham radikal semacam itu, memang bisa terjadi dimana saja, tak terkecuali di Batam. Jangan lupa, di kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Singapura dan Malaysia ini, sempat terdeteksi keberadaan kelompok paham radikal. Lalu, bagaimana menangkal agar paham ekstrem tersebut tak berkembang di Batam?

Tim KORANBATAM.COM

Agustus 2016 lalu, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Markas Besar (Mabes) Polri menangkap enam orang terduga teroris, sebagian di antaranya diamankan di Perumahan Mediterania, Batam Center, Kota Batam. Mereka menamai kelompoknya Khitabah Gonggong Rebus (KGR) pimpinan GRD, sementara anggota lainnya yakni TS, TAR, ES, HGY, dan MPS.

GRD memiliki berbagai peran dalam aksi-aksi teroris di Tanah Air. Ia sempat menjadi fasilitator keberangkatan orang-orang Indonesia yang hendak bergabung dengan organisasi Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) melalui Turki yang dibantu oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Turki. GRD juga diduga memiliki hubungan dengan Bahrun Naim, yang kala itu diduga sebagai pelaku sejumlah teror bom, salah satunya di Sarinah, Thamrin, Jakarta, pada awal 2016.

Empat tahun berlalu, Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri kembali mengamankan terduga teroris yakni MA pada Jumat (6/11/2020) lalu di kawasan Telagapunggur, Nongsa, Kota Batam. MA tercatat beralamat di Perumahan Citra Laguna Tahap II, Tembesi, Sagulung, Kota Batam.

MA diduga terlibat dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Pada momen yang kurang lebih bersamaan, Densus 88 juga menangkap lima orang lainnya di berbagai wilayah lain di Indonesia, seperti di Sumatera Barat dan Lampung. Diduga, mereka masih satu kelompok jaringan.

Dari penggeledahan di rumah MA, polisi menemukan satu unit senjata rakitan yang belum sempurna, dua busur panah, lima anak panah, dua sangkur, alat solder, bubuk belerang, dan beberapa bukti lainnya.

Dengan contoh dua kasus ini, ajaran radikal telah menyusup ke wilayah perbatasan negara ini. Untuk itu, perlu kewaspadaan dengan potensi munculnya aksi teroris atau radikal. Posisi Kota Batam yang menjadi gerbang masuk ke Indonesia, dinilai punya potensi kerawanan terhadap berbagai tindak kejahatan, termasuk potensi masuknya paham-paham radikal tersebut.

Wakil Walikota Batam, Amsakar Achmad, mengatakan pihaknya terus berupaya untuk untuk menekan munculnya paham radikal maupun terorisme di Batam. Salah satu upaya itu dengan penguatan pemahanan di bidang keagamaan dan sebagainya demi menekan penyebaran radikalisme maupun terorisme yang mengatasnamakan agama di wilayah ini.

“Yang pasti, kita terus menjalin kerukunan antarumat beragama di Batam,” ujar Amsakar, Minggu (28/3/2021).

Terjaganya kerukunan antarumat beragama di Kota Batam, juga tidak terlepas dari peran pemerintah bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kota Batam.

Ia menegaskan, tokoh lintas agama di Batam harus terus berkontribusi agar Batam aman dan mampu menangkal paham radikal. Ia tak ingin, keharmonisan yang sudah terjalin selama ini dikotori oleh kelompok-kelompok yang bertindak ekstrem, apalagi yang mengatasnamakan agama.

“Batam yang terdiri dari beragam suku, agama dan budaya, bakal hidup harmonis jika satu dengan yang lain saling menjaga dan mewujudkan keamanan secara bersama-sama. Jika harmoni itu terjaga, maka akan menjadi nilai tambah bagi Kota Batam,” tuturnya.

Untuk itu, ia meminta para tokoh agama di Batam dapat terus menjaga daerah ini tetap kondusif serta terus mengajarkan nilai-nilai positif bagi masyarakat agar tidak ada potensi paham radikal yang dapat berkembang di Batam.

“Dialog-dialog keagamaan terus dilakukan, bahkan perhatian pemerintah kepada tokoh agama terus ditingkatkan,” ujarnya.

Selain itu, Amsakar juga mengantisipasi potensi kemunculan bibit paham radikal  terorisme maupun sikap intoleran di wilayah Kota Batam, dengan tunjuk ajar budaya Melayu. Budaya yang bersendikan agama Islam sebagai pondasi kehidupan sosial masyarakat tersebut, tetap dijunjung sebagai salah satu payung pemersatu.

Bahkan, budaya Melayu juga hidup rukun dengan hadirnya pengaruh budaya dari berbagai suku bangsa lain yang datang dan mendiami wilayah ini. Penduduk Batam yang kini berjumlah sekitar 1,3 juta jiwa, memang berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia, seperti Melayu, Jawa, Minang, Batak, Bugis, Sunda, Flores dan lainnya.

“Batam pun terus berkembang dan dihuni beragam pendatang. Namun, Kota Batam tetap memiliki akar nilai-nilai lokal, yakni budaya Melayu. Tatanan budaya Melayu dengan segenap kearifan lokal dan pranata sosialnya, tetap melekat dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dari budaya Melayu pula, lahir beragam nilai dan petuah bijak, yang menekankan agar senantiasa hidup rukun dan damai,” katanya.

Seperti, ajaran yang termaktub (tertulis) dalam Gurindam Dua Belas, yang merupakan mahakarya berupa puisi Melayu lama karya sastrawan dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau yakni Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad, atau yang lebih dikenal dengan nama pena, Raja Ali Haji.

Karya ini terdiri dari 12 pasal dan dikategorikan sebagai puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk serta ilmu yang mendidik. Nilai-nilai itu yang kemudian diwariskan turun-temurun serta dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari warga yang mendiami Bumi Melayu.

Untuk mendukung pengembangan budaya Melayu, di wilayah ini juga telah berdiri Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam, yang sebagian misinya adalah memelihara, membina dan mengembangkan nilai-nilai adat dan budaya Melayu untuk memperkokoh jati diri masyarakat dan merupakan bagian dari khazanah kebudayaan Nasional.

Nilai-nilai kearifan lokal Melayu yang banyak berwujud nasihat maupun petuah, tetap melekat dan kemudian menjadi tunjuk ajar dalam mendidik anak-anak yang tumbuh besar di wilayah ini. Termasuk dalam hal, membina kerukunan dan menghormati perbedaan yang timbul.

“Dengan bekal kearifan lokal tersebut, bisa menangkal tindakan kekerasan atau radikalisme. Terlebih, semua agama juga mengajarkan kasih sayang dan cinta damai,” kata Amsakar.

Warga Wajib Lapor

Kerukunan dan perdamaian di Kota Batam berjalan cukup baik dan harmonis. Namun, tidak salah untuk mengantisipasi potensi munculnya paham radikal di Batam. Jauh sebelumnya, Walikota Batam, Muhammad Rudi, sudah berupaya mengantisipasi masuknya paham radikal maupun terorisme dengan menggalakkan wajib lapor bagi para pendatang atau orang baru di sekitar tempat tingal warga dan Ketua Rukun Tetangga (RT) maupun Rukun Warga (RW) harus proaktif mendata warganya.

“Kami akan hidupkan lagi wajib lapor, supaya mereka (RT/RW) tahu berapa warga yang masuk ataupun keluar,” kata Rudi, belum lama ini.

Aturan wajib lapor ini, berlaku bagi orang yang akan tinggal di suatu perumahan atau kaveling warga dalam kurun 1×24 jam. Diharapkan, wajib lapor ini tak perlu dipaksakan, melainkan jadi kesadaran warg pendatang tersebut untuk melapor.

Terlebih, aturan itu juga sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan.

“Intinya kami ingin Batam kondusif, pencegahan dini lebih baik,” kata Rudi.

Dengan mengetahui jumlah dan siapa saja warga yang tinggal atau menetap di wilayah RT/RW setempat, diharapkan pengurus RT/RW bisa mendapatkan informasi yang akurat. Tak hanya itu, perangkat RT/RW juga diharapkan bisa melakukan pendekatan pada warga agar tidak terjadi hal-hal negatif yang tak diinginkan. Misalnya, penyebaran paham terorisme atau radikalisme.

“Kalau mereka tahu lebih awal, tentu hal-hal buruk bisa dicegah,” ujarnya.

Langkah Kepolisian

Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Barelang Polda Kepri, Kombes Pol Yos Guntur Yudi Fauris Susanto, akan terus meningkatkan deteksi dini tindak radikal bersama seluruh masyarakat Batam. Untuk itu, masyarakat tak perlu panik terkait persoalan radikalisme maupun terorisme.

“Kita secara kontinu (berkelanjutan) bersama tokoh agama, tokoh masyarakat akan terus memberikan pemahaman yang benar kepada umat,” ujar Kombes Pol Yos.

Pihak kepolisian dalam menyikapi potensi radikalisme maupun terorisme, selalu mengedepankan intelijen dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) sebagai ujung tombak kepolisian.

“Ini dilakukan untuk mengetahui sedini mungkin perkembangan yang ada dan segera dilakukan upaya pencegahan seperti deradikalisasi dan sebagainya,” ujarnya.

Ia berharap kepada semua tokoh agama agar saling bahu-membahu dan saling mengingatkan umat masing-masing untuk tetap menjaga kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Dalam hal ini pula, emua elemen harus berperan. Jika ada informasi adanya kelompok penyerbar paham radikal dan sebagainya, segera dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

“Jangan cuek atau tidak peduli. Perlu diketahui bersama, memberikan kemudahan dan bantuan terhadap pelaku tindak pidana terorisme juga dapat dipidana,” jelasnya.

Kemudian, sebagai daerah perbatasan dan dianggap menjadi wilayah rawan masuknya radikalisme, Yos Guntur meminta seluruh stakeholder menjalin sinergi untuk menjaga wilayah perbatasan. Ia bahkan menilai perlu meningkatkan pengamanan di pintu-pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan. Kemudian, untuk tempat ibadah, kepolisian melakukan pengamanan baik terbuka maupun tertutup.

“Yang terpenting, kita meminta mengaktifkan kembali sistem wajib lapor 1×24 jam bagi tamu atau pendatang kepada RT/RW. Dan masyarakat harus lebih peduli dengan lingkungan di sekitarnya, jika ada yang mencurigakan, segera lapor ke pihak aparat pemerintah setempat dan kepolisian,” pinta Kapolresta Barelang.




Komentar Facebook

Komentar dengan account Facebook