- BP Batam Terima Kunjungan CEO dan Co-Founder Sustainability Economics
- Ardiwinata Bangga Ara Bawa Batam Terpilih Jadi Tuan Rumah Munas HPI 2026 Mendatang
- RDP bersama Komisi VI DPR RI, BP Batam Sampaikan Besaran Efisiensi 2025
- Rudi Ucapkan Terima Kasih, Danlantamal IV Batam Siap Beri Dukungan Penuh
- Peringati Bulan K3 Nasional 2025, PLN Batam-TJK Power Tanam Pohon di Gardu Induk Tanjung Kasam
- Selama Imlek dan Isra Miraj, PLN Batam Jaga Keandalan Pasokan Listrik
- Entry Meeting: BP Batam Siap Wujudkan Good Governance atas Rekomendasi BPKP RI
- BP Batam Gelar Entry Meeting Laporan Keuangan Tahun 2024 dengan BPK-RI
- Operasi Keselamatan Lalu Lintas 2025 di Kepri Dimulai Hari Ini, Simak Sasaran yang Diincar
- Warga Bintan Utara Tolak RUU KUHAP, Kritik Kewenangan Jaksa Dalam Penyidikan
Disbudpar Batam Apresiasi Pelestarian Kaligrafi China sebagai Simbol Keberagaman Budaya
He Le Perkenalkan Seni Shu Fa

Keterangan Gambar : Para anggota He Le terlihat tengah melukis seni kaligrafi China pada agenda Mega Imlek Festival 2025 di Mega Mall Batam Center, Minggu (19/1/2025). /Disbudpar Batam
KORANBATAM.COM - Seni kaligrafi China atau yang dikenal sebagai Shu Fa kini semakin mendapatkan tempat di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Lembaga seni budaya He Le yang dipimpin oleh Alex Tan sebagai perencana utama, aktif mengajarkan seni menulis tradisional tersebut.
Kegiatan ini tidak hanya melestarikan warisan budaya China, tetapi juga memperkenalkan harmoni dan kebahagiaan yang terkandung dalam setiap goresan kaligrafi. Menurut Alex Tan, Shu Fa memiliki makna mendalam yang melampaui sekadar seni tulis.
“Tulisan dalam Shu Fa mencerminkan harmoni, kebahagiaan dan juga energi positif. Filosofi ini telah diwariskan selama lebih dari 25 ribu tahun, sejak era Dinasti Xia di Tiongkok,” jelasnya saat ditemui di acara Mega Imlek Festival 2025 di Mega Mall Batam Center, Minggu (19/1/2025).
Alex menambahkan bahwa, Shu Fa juga menjadi sarana motivasi yang memperkuat semangat individu.
“Kami ingin anak-anak sekolah, pelajar dan masyarakat umum mengenal nilai luhur yang terkandung dalam seni ini. Ini adalah bentuk kebudayaan yang sangat tinggi dan tenang,” katanya.
Di Batam, kegiatan ini telah menjangkau sekitar 5.000 anggota. Mulai dari pelajar hingga masyarakat umum yang berminat mendalami seni Shu Fa.
“Kami terus berupaya mengembangkan kegiatan ini, terutama dengan menggandeng lebih banyak sekolah untuk menjadi bagian dari program pembelajaran Shu Fa. Namun, jumlah guru yang menguasai seni ini masih terbatas,” ujar dia.
Selain sebagai sarana pembelajaran, Alex menuturkan, Shu Fa memiliki fungsi simbolis, seperti menghadirkan keberuntungan dan harmoni di rumah. Oleh karena itu, seni ini sering kali digunakan dalam dekorasi rumah masyarakat Tionghoa.
Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, Alex berharap seni Shu Fa dapat terus berkembang dan dilestarikan.
“Ini adalah warisan budaya yang berharga. Kami ingin generasi muda mengenalnya, mencintainya, dan terus mewariskannya,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Batam, Ardiwinata turut mengapresiasi inisiatif ini.
Menurutnya, pelestarian budaya seperti ini tidak hanya memperkaya keberagaman seni di Batam, tetapi juga mendukung pengenalan budaya kepada generasi muda.
“Kegiatan seperti ini sangat penting untuk menjaga kekayaan budaya. Seni Shu Fa bukan hanya warisan, tetapi juga cara untuk mengajarkan nilai-nilai positif seperti kesabaran, keharmonisan, dan penghargaan terhadap tradisi. Kami mendukung penuh dan berharap kegiatan ini terus berkembang di Batam,” ujarnya.
(iam)